Selasa, 21 Juni 2011

TEKNIK DAN SARANA

TEKNIK DAN SARANA
PEMBELAJARAN

Setiap pemikiran memilki metode yang menyangkut pelakasanaanya. Lain lagi dengan teknik atau cara, yang berupa tatacara tertentu untuk melaksanakan suatu aktivitas, dan tatacara tersebut bersifat tidak tetap. Dalam konteks pendidikan yang dimaksud dengan cara adalah seluruh aktivitas terarah yang digunakan pengajar dengan maksud membantu para siswa untuk meraih apa yang diinginkan, yaitu diterimanya pemikiran, pemahaman dan berbagai pengetahuan secara efisien dan efektif.[1] Ada berbagai cara yang bisa dipilih oleh seorang pengajar yang mana sesuai dengan kondisi belajar- mengajar. Dan hendaknya diperhatikan pula tingkat kemampuan para siswa, dengan memilih teknik yang terbaik untuk mencapai sasaran seperti teknik berdialog, berdiskusi, bercerita, menirukan sesuatu, memecahkan masalah melalui percobaan dan praktek- praktek yang dilakukan secara langsung.
Metode pengajaran yang merupakan proses penyampain pemikiran dari pengajar kepada anak  didik, dahulunya hanya menggunakan pena, kertas, pengungkapan secara lisan, menirukan sesuatu dan tulisan. Sedangkan pada masa sekarang sarana dan cara tetap digunakan meskipun berbeda dengan dulu, seperti melalaui cetakan, animasi, audio- tape, eksperimen di laboraturium dan lain sebagainya.
Penggunaan teknik pengajaran yang tepat adalah untuk mengintensifkan metode rasional pada siswa, karena metode tersebut merupakan landasan bagi proses berfikir yang cemerlang dan kebangkitan yang berdasarkan Islam. Dengan metode rasional ini pula akan terbentuk pada diri seorang siswa pemikiran yang menyeluruh dan benar tentang alam semesta, kehidupan, manusia, baik dengan apa hubungannya sebelum maupun sesudah kehidupan serta dengan apa yang ada sebelum maupun setelah kehidupan. Dengan metode ini akan mengantarkan pada akidah Islam merupakan azaz dari segala aspek.
Adapun metode Ilmiah, metode ini hasil dari perwujudan revolusi industri  yang dihasilakan dari penelitian ilmiah. Hal inilah mereka sebut dengan ”metode Ilmiah”. Dari hasil pengamatan dapat dijelaskan bahwa metode tersebut hanya benar dan dapat diterapkan pada ilmu- ilmu terapkan saja. Tidak salah jika cara tersebut dinamakan metode, karena merupakan prosedur tertentu yang bersifat baku dalam penelitian. Akan tetapi, salah jika metode tersebut dijadikan sebagai dasar berfikir menggantikan metode rasional, seperti tentang keberadaan Allah swt dan kenabian Rasulullah Muhammad Saw.
Metode ilmiah hanya benar jika digunakan khusus untuk materi yang bisa diindra dan layak digunakan dalam eksperimen, dimaksudkan untuk mengetahui hakekat dan khasiat materi tersebut melelui eksperimen. Metode rasional yang terdidri dari empat unsur, merupakan landasan dalam proses berfikir, karena selain digunakan dalam penelitian materi- materi yang dapat diindra seperti akidah, hukum, sejarah, termasuk dalam pembahasan ilmu kallam seperti sastra dan sebagainya. Jika hasil penelitian dari hasil penenlitian melalui metode rasional bertentangan dengan hasil penelitian melalui metode ilmiah mengenal keberdaan sesuatu, maka yang akan diambil adalah hasil peneliatian melalui metode rasional, karena hukum atas keberadaan sesuatu bersifat pasti.
Penggunaan metode ilmiah hanya layak digunakan pada ilmu- ilmu terapan saja, seperti kimia dan fisika untuk dapat samapai pada hakekat dan sifat- sifat meteri dari alam semesta yang Allah sediakan bagi umat manusia dengan memanfaatkanya dan mengetahui karakter khusus dari benda tersebut, dibawah apa yang telah ada diatur dalam Islam.
Dibawah ini adapun konsep- konsep yang perlu diperhatikan dalam pembuatan atau penyususnan kurikulum dan para pengajar:[2]
  1. Sarana dan cara bersifat tidak tetap, karena itu para pengajar hendaknya kreatif dalam menciptakan sarana dan cara yang efektive agar para siswa memahami pemikiran- pemikiran yang telah ditetapkan. Hendaknya memperhatikan  kondisi para siswa dan perbedaan individual diantara mereka.
  2. Alat indera (Pendengaran, penglihatan, perebaan, penciuman dan rasa) merupakan unsur utama dari unsur- unsur proses berfikir, dengan alat indera tersebut fakta yang dicerap akan ditransfer ke otak. Bagi para pengajar hendaknya mendorong para siswa untuk sedapat mungkin menggunakan sebagian besar alat indera mereka dalam mencerap fakta yang menjadi objek belajar (berpikir). Apabila fakta tesebut ada pada saat itu, maka para siswa telah merasakannya saat belajar. Namun, jika faktanya tidak ada pada saat itu, hendaknya fakta tersebut digamabarkan kedalam benak para siswa dengan cara dan sarana yag tersedia, sehinngatergambar didalam benak mereka seakan- akan mereka merasakannya, karena penginderaan atas fakta merupakan unsur penting dalam proses berfikir. Apabila alat indera yang digunakan lebih banyak dalam mencerap suatu fakta, dan lebih mendalam penginderaannya, maka kesimpulan atas fakta tersebut dan atas karakteristiknya jauh lebih akurat.
  3. Memperhatikan penggunaan bahasa kepada para siswa baik dalam penulisan kurikulum maupun dalam menyampaikan pemikiran.
  4. Memperhatikan karakteristik pemahaman manusia, karena itu penjelasan dimulai dari bentuk global terlebih dahulu sebelum menjelaskan detailnya, terutama bagi para siswa yang berumur  enam sampai sepuluh tahun. Selain itu harus diperhatikan beberapa hal:[3]
·         Hendaknya para siswa mempelajari kata- kata yang menunjukkan pada suatu makna terlebih dulu sebelum mereka mempelajari huruf- hurufnya. Setelah memahami kata yang menunjukkan suatu fakta tertentu, barulah dimulai menganalisa kata yang merupakan penjelasan dari huruf- huruf  dan suku kata yang menyusun kata tersebut. Dilanjutkan dengan penyusunan kata, yaitu dengan penyusunan kata- kata baru dari huruf- huruf yang diketahuinya. Dengan demikian dua metode belajar bahasa telah digabungkan yaitu: metode penyususnan huruf dan metode penyusunan kalimat.
·         Hendaknya para siswa mempelajari sifat- sifat lahiriah dari suatu benda terlebih dahulu sebelum mempelajari kandungan dan karakteristik detailnya.
·         Hendakanya para siswa mempelajari riwayat seseorang secara global terlebih dulu sebelum mempelajari detail kehidupan dan aktivitas dari orang tersebut.
·         Hendaknya para siswa mempelajari makna umum dan pemikiran mendasar pada suatu teks terlebih dulu sebelum mempelajari bagian- bagian dan cabang- cabangnya.




[1] Abu Yasin, Strategi Pendidikan Negara Khilafah, Bogor: Pustaka Thariqul Izzah,hal 20
[2] Ibid, hal.
[3] Ibid, hal. 25

Tidak ada komentar:

Posting Komentar